Ditegur Lewat Kalam-Nya

Oleh: Asmaul Husna
@asmaulhusna.rh

Subuh itu seperti biasa seusai sholat aku langsung melakukan pekerjaan rumah, seperti menyapu, mencuci baju, dan lain sebagainya, sebelum akhirnya siap-siap untuk berangkat kerja.

Namun, ada yang berbeda di subuh itu, entah karena apa aku telat berangkat kerja. Dengan terburu-buru dan tanpa sadar aku membentak Ibuku yang memang seringnya kami pergi bersama karena Ibuku seorang Guru.

Ibuku marah karena aku sangat lelet. Jadilah aku tak terima dengan itu. Spontan keluar kata-kata, kata yang tidak kasar, namun setelah melakukannya aku langsung tersadar bahwa menjawab perkataan orangtua itu sungguh bukanlah hal yang baik.

Tak ada percakapan sepanjang perjalanan. Aku turun dan langsung mencium tangannya seraya mengucapkan salam. Seharian di tempat kerja, aku terus kepikiran dengan kejadian tadi pagi. Dan tanpa terasa jam kerjapun berakhir

Biru berganti senja disusul pekat hitam menyerbu langit-Nya. Sehabis maghrib aku mengajar anak-anak di sekitar rumah untuk mengaji. Dan kejadian tadi pagi belum mau enyah dari benakku.

Sembari menunggu antrian mengaji. Aku menyuruh anak-anak untuk menghapal hadist-hadist. Lalu tak lama setelah itu, sepotong hadist terlontar dari salah satu anak. “La taghdhob walakal jannah” yang artinya “Jangan marah maka bagimu Surga”.

Ya Rabb.. Hatiku tersentak

Sungguh, tak berhenti sampai disitu. “Innallaha ma’asshobirin”.. potongan ayat yang dibacakan salah satu anak saat aku menyimak ia mengaji. Betapa tidak, ayat tersebut jika diartikan berbunyi “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang sabar”. Deg, seketika aku bak tersambar petir. Hatiku tak karuan. Aku merasa ditegur saat itu juga oleh-Nya.

Tak lama setelah itu, satu demi satu anak-anak pulang ke rumahnya masing-masing. Dengan segera aku membuka lembaran Al-Qur’an. Membaca dan mentadabburi surat cinta dari-Nya. Berharap hatiku tenang setelahnya. Seperti firman Allah dalam surah Ar-Ra’d ayat 28, yang artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram.

Oh ternyata teguran itu tak sampai disitu saja. Kenapa semua seakan terhubung dengan kegalauanku sejak tadi pagi.

Qur’an surah Al-Isra’ ayat 23-24. Dengan perlahan kubaca terjemahnya:

Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.’

Bukan lagi petir yang menyambar tetapi bumi seakan menimpa tubuh ini. Kaku sejenak. Terbungkam tak bersuara. Tarik napas panjang. Kututup lembaran kitab suci itu.

Sejurus aku menghampiri Ibuku yang baru saja selesai membaca surah Al-Mulk. Tak kuberi jeda, langsung aku raih tangannya dan kukecup kedua pipi Ibu. Kemudian lirih berucap “Maaf bu jika perkataanku telah menyakiti hatimu”.

Hati terasa sesak. Lalu tanpa aba-aba air mata ini menetes dengan sendirinya. Tak mau Ibu menyadari itu, dengan cepat kuusap menggunakan mukenah yang masih kupakai. Kulihat Ibu hanya diam, tapi aku yakin dalam hatinya terucap sebuah kata juga doa untuk diriku.

Semoga engkau ridho, Ibu

Aku bersyukur karena ditegur melalui kalam-Nya. Bersyukur karena itu artinya begitu besar kasih sayang Allah kepadaku. Dan aku semakin sadar bahwa begitu mulia kedudukan Ibu dan Bapak dihadapan-Nya. Ridho Allah terletak pada ridho orangtua.

Dari itu aku belajar dan ingin memperbaiki semua. Menjadi anak yang lebih berbakti. Bertutur kata lembut dan tidak menyakiti. Berdo’a lebih lagi agar diberi sabar seluas-luasnya. Aamiin aamiin ya Rabb.

 

***

 

Firman Allah Swt: “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah, dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah: 15-16)

Ketika Allah menghendaki masalah hadir dalam hidup kita. Sebenarnya sudah tersedia solusinya. Kita hanya perlu berjuang untuk menemukannya.

Al-qur’an adalah kalam Allah. Sebuah surat cinta dari-Nya. Berisi peringatan untuk kita manusia. Membaca dan mentadabburinya merupakan bukti iman kita pada Rabb semesta alam. Semua yang kita lakukan tak lepas dari aturan-Nya. Al-qur’an sebagai petunjuk hidup kita. Tinggal lagi maukah kita menangkap pesan itu dari-Nya. Jemput pesan cinta dari-Nya dengan mempelajari dan memahami tiap-tiap lembaran Al-Qur’an, serta tak lupa untuk mengamalkannya.





^^Btw, ini merupakan tulisan pertamaku yang debut di buku antologi :) tepatnya 18 Maret 2021
Qaddarallah, baru sempat aku salin di sini
Semoga ada hikmah yang bisa diambilđź’™

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengulas Novel ''Janji untuk Ayah'' By. Nurunala

Mengulas novel ''Orang-orang Biasa'' by. Andrea Hirata

Allah tau, kamu sanggup