Aku, Kamu, Kita #diarypustakawan
“Agent
of change” aku yakin kalian pernah mendengar kata itu. Ya,
setiap kita adalah agen perubahan. Kalau bukan kita siapa lagi. Memang sebuah
kata yang klise tapi ini bukan hal
yang bisa kita anggap sepele.
Terkait dengan buku
tentunya. Belajar mencintai buku itu butuh proses, belajar konsisten membaca
itu juga proses, kebiasan yang terus-menerus diulang-ulang membuat rasa cinta
terhadap membaca akan terus bertumbuh.
Nah, jika kebiasaan
tersebut sudah melekat dalam keseharian kita, maka saatnya kita meng-influence orang-orang disekitar kita,
memberitahukan manfaat literasi, “literasi itu menyenangkan kok”, “literasi itu membuka wawasan kita
lho”, dan lain sebagainya tentang
ajakan membaca.
Aku punya pengalaman
pribadi. Disaat aku mulai memasukkan list membaca pada agenda keseharianku. Itu
artinya setiap hari membaca itu menjadi hal yang wajib, minimal satu jam. Dan semua
itu melalui proses yang panjang ya, tidak serta merta semudah itu konsisten
dalam membaca. Manusiawi juga jika rasa malas mulai melanda.
Pointnya ialah, perubahan
kecil itu dimulai dari diri kita sendiri. Mulai saja dulu dari lingkup keluarga
kita. Dari dalam rumah kita. Setiap kita itu bisa menjadi agen perubahan,
setiap gerak-gerik kita itu bisa membuat seseorang penasaran dan tertarik untuk
tahu.
Kebiasaan membaca yang
kita terapkan di rumah membuat kakak, adik, dan orangtua kita secara tidak
langsung tertarik untuk ikut membaca. Ya, meski tanpa ajakan, hanya dengan
melihat aktivitas kita membaca saja itu sudah cukup membuat mereka penasaran.
“Seasyik itukah membaca”, kira-kira begitulah suara hati mereka.
Lalu, mulailah untuk
mengajak mereka berdialog, dengan cara memberi review tentang buku yang sudah
dibaca itu. Begitulah yang aku lakukan terhadap sasaranku, yakni adikku sendiri.
Setelah aku review buku yang aku anggap menarik untuk dibaca, aku berikan buku
itu ke adikku yang backgroundnya masih terlalu asing dengan aktivitas membaca
buku.
Buku karangan Andrea
Hirata menurutku sangatlah tepat untuk ia baca, melihat bahwa ia mengambil
jurusan keguruan, judul bukunya “Orang-orang Biasa” dan “Guru Aini” (Guru Aini
merupakan sekuel dari Orang-orang Biasa, jadi harus urut ya membacanya).
Dan benar saja, tanpa
menolak ia pun mengambil buku itu kemudian membacanya. Rasanya bahagia sekali
bisa membuat orang-orang ikut belajar menumbuhkan minat baca. Sekarang adikku
sudah menuntaskan bacaan “Orang-orang Biasa” dan saat ini lagi melanjutkan
bacaannya tentang “Guru Aini”. Aku terharu lho eheee
Komentar
Posting Komentar