Provokator #diarypustakawan
Penulis : @asmaulhusna.rh
Setiap buku ada
pembacanya. Perpustakaan dan buku adalah dua hal yang bergandengan. Nah,
bagaimana cara kita agar buku-buku tersebut ada pembacanya?
Inilah pentingnya peran
pustakawan. Bekerja sebagai pustakawan bukan hanya mengurusi soal buku-buku
saja akan tetapi juga harus membuat program gerakan literasi.
Salah satunya literasi
15 menit, yang mana siswa wajib membaca buku selama 15 menit setiap harinya di
Perpustakaan, membuat pojok baca di setiap kelas, dan masih banyak lagi
kegiatan terkait literasi.
Terinspirasi dari
komunitas literasi yang sedang aku ikuti. Timbullah sebuah ide untuk mengadakan
Challenge satu minggu satu buku.
Dimana siswa ditantang untuk menghabiskan satu buku selama satu minggu dengan
jumlah halaman minimal 100.
Saat itu sekolah
diliburkan, karena masih pandemic covid
19. Inilah yang menjadi salah satu alasanku untuk mengadakan challenge satu minggu satu buku.
Aku mau menumbuhkan
semangat berliterasi. Memanfaatkan waktu libur yang entah sampai kapan dengan
cara membaca buku.
Awalnya aku sedikit
pesimis, karena takut tidak ada satupun yang mau ikut. Namun ternyata ada yang
mau mengikuti challenge ini. Sekitar
8 orang. Ya, memang sedikit, tapi bagiku ini berarti.
Ohiya,
ini
bukan sekadar challenge saja. Yang
berhasil melewati tantangan ini akan mendapatkan hadiah berupa buku untuk tiga
orang yang beruntung. Kenapa dibilang beruntung, karena pemenangnya akan
dipilih secara acak menggunakan sebuah aplikasi.
Alhamdulillah, challenge satu minggu satu buku ini
sudah dua kali diadakan. Kesan siswa-siswi yang pernah mengikutinya,
diantaranya mengatakan dengan mengikuti challenge
ini, mereka bisa memanfaatkan waktu luang dengan membaca buku bukan bermain
gadget, menumbuhkan semangat membaca yang dulu sempat hilang kata mereka. Ada
juga yang bilang, awalnya merasa mengantuk, namun lama-kelamaan rasa kantuk itu
terkalahkan dengan rasa penasaran mereka terhadap alur cerita pada buku yang
sedang dibaca itu.
Rasanya senang sekali
mendengar masukan positif dari mereka. Apalagi ada salah satu anak yang
menuliskan beberapa kalimat “Ilmu akan dibawa mati, sedangkan harta tiada arti.
Orang yang berilmu akan mendapatkan derajat di sisi Allah Subhallahu Wata’ala.
Dan dengan rajin membaca buku akan menambah ilmu serta wawasan yang kelak
berguna baik di dunia pun di akhirat”. Ah, mereka benar-benar keren pemikirannya.
Menularkan kebiasaan
membaca itu bukan hanya tugas seorang pustakawan saja, semua bisa melakukan hal
itersebut. Mulai dari langkah kecil, misalnya memposting status di media sosial
tentang buku yang dibaca, atau dengan menawarkan buku untuk dipinjamkan ke teman-teman
yang berminat membacanya. Sedikit demi sedikit cara ini dapat menarik perhatian orang-orang yang
melihatnya. Aku mengatakan demikian, sebab aku sudah mencobanya sendiri.
Teringat kutipan yang
aku dapatkan dari mengikuti Talk Show
Interaktif with Najwa Shihab yang kala itu masih menjabat sebagai duta baca
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar